Sejarah Kerajaan Demak Singkat: Jejak Kerajaan Islam Pertama Di Pulau Jawa

5 minutes reading
Monday, 29 May 2023 22:29 13 Arif Rahman

Portalbaraya.com – Berikut ini kami akan akan menyajikan tentang Sejarah Kerajaan Demak Singkat: Jejak Kerajaan Islam Pertama Di Pulau Jawa

Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang berdiri pada awal abad ke-16 yang didirikan oleh Raden Patah.

Kerajaan ini merupakan hasil dari perjuangan para wali songo dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa.

Dalam artikel ini, akan diulas mulai dari letak geografis, kehidupan politik, rata-rajanya dan juga peninggalan-peninggalannya.

Baca Juga: Wisata Religi: Masjid Agung Jawa Tengah, Sebuah Bangunan Megah yang Jadi Ikon dan Penggerak Ekonomi Masyarakat

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berkembang pada abad ke-15 hingga awal abad ke-16.

Berikut adalah gambaran lengkap mengenai sejarah, kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya Kerajaan Demak.

Letak Geografis

Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah dan awalnya merupakan wilayah bawahan dari Majapahit.

Raden Patah, seorang keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit, diangkat sebagai penguasa Kerajaan Demak.

Ibunya adalah seorang penganut Islam dari Jeumpa. Kerajaan Demak didukung oleh bupati pesisir pantai utara Jawa Tengah dan Timur yang telah memeluk agama Islam. Dengan demikian, Kerajaan Demak menjadi pusat Islam di Pulau Jawa.

Kehidupan Politik

Raden Patah menjadi raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak pada tahun 1500 hingga 1518.

Wilayah kekuasaan Demak pada masa Raden Patah meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa wilayah di Kalimantan.

Salah satu prestasi penting pada masa pemerintahannya adalah pembangunan Masjid Agung Demak, yang melibatkan para wali dan sunan.

Pati Unus menggantikan Raden Patah pada tahun 1518 hingga 1521. Meskipun masa pemerintahannya singkat, Pati Unus dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka.

Kejayaan Kerajaan Demak mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.

Daerah-daerah seperti Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon berhasil dikuasai, dengan tujuan menggagalkan hubungan antara Kerajaan Pajajaran dan Portugis.

Armada Portugis berhasil dihancurkan oleh armada Demak, dan nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta.

Namun, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Prawoto.

Perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dan Arya Panangsang, bupati Demak yang mengklaim tahta, memicu konflik berdarah.

Sunan Prawoto dan Pangeran Hadiri tewas dalam konflik ini, yang akhirnya berkembang menjadi perang saudara.

Arya Panangsang pun tewas, dan tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono, yang kemudian menjadi raja di Kerajaan Demak Pajang.
Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Demak diatur sesuai ajaran Islam, namun masih ada pengaruh tradisi Hindu-Buddha.

Kehidupan sosial masyarakat Demak merupakan perpaduan antara agama Islam dan tradisi setempat.

Perekonomian Kerajaan Demak berkembang pesat, terutama dalam sektor perdagangan.

Letak strategis Kerajaan Demak sebagai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara penghasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di Indonesia bagian barat memberikan kontribusi besar pada perkembangan ekonomi Demak.

Pertanian juga menjadi sektor ekonomi yang penting di Kerajaan Demak. Kerajaan Demak menjalin kerja sama dengan daerah-daerah di pantai utara Jawa yang sudah memeluk agama Islam, sehingga terbentuklah persekutuan di bawah kepemimpinan Demak.

Budaya masyarakat Demak tercermin dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Demak. Agama Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu dengan budaya asli setempat.

Masjid Agung Demak merupakan salah satu contoh penting, dengan arsitektur Indonesia yang khas, atap bertingkat tiga, dan pendapa.

Kompleks masjid juga mencakup makam raja-raja Demak yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Kerajaan Demak memainkan peran penting dalam sejarah Jawa, terutama dalam penyebaran agama Islam dan perluasan wilayah kekuasaan.

Sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak menjadi landasan bagi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam berikutnya di Pulau Jawa.

Dengan perpaduan agama dan budaya, Kerajaan Demak meninggalkan warisan yang berharga dalam sejarah Indonesia.

Raja-raja atau Sultan Kerajaan Demak

1. Raden Patah (1500-1518 M)

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra dari seorang raja Majapahit dengan istri dari Cina yang telah memeluk agama Islam.

Pada tahun 1500 M, Raden Patah memimpin Demak dan menjadikannya pusat agama Islam yang dikembangkan oleh Wali Songo. Ini merupakan periode awal perkembangan Islam di Jawa.

2. Adipati Unus (1518-1521 M)

Setelah Raden Patah meninggal pada tahun 1518 M, putranya, Adipati Unus, mengambil alih Kesultanan Demak.

Keberanian Adipati Unus dalam pertempuran membuatnya diberi gelar Pangeran Sabrang Lor.

Pada tahun 1521, Adipati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.

Namun, ia gugur dalam pertempuran dan digantikan oleh Sultan Trenggana, raja ketiga Kesultanan Demak.

3. Sultan Trenggana (1521-1546) Kesultanan Demak mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Sultan Trenggana.

Wilayah Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 1527, Demak bersama Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Kota tersebut kemudian berganti nama menjadi “Jayakarta,” yang berarti kemenangan yang sempurna.

Pada tahun 1546, Demak menyerang Penarukan Situbondo yang dikuasai oleh Kerajaan Blambangan, dan Sultan Trenggana tewas dalam pertempuran tersebut.

4. Sunan Prawata (1546-1549 M)

Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana, mengambil alih tahta setelah kematian ayahnya.

Namun, perpindahan kekuasaan tidak berjalan lancar. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berusaha merebut kekuasaan Kerajaan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata.

Namun, Sunan Prawata berhasil membunuh Pangeran Surowiyoto, tetapi dukungan terhadapnya semakin menurun.

Akibatnya, Sunan Prawata memindahkan pusat kerajaan ke Pati. Namun, masa pemerintahannya tidak berlangsung lama karena ia dibunuh oleh Arya Penangsang, putra Surowiyoto, pada tahun 1549 M.

5. Arya Penangsang (1549-1554 M)

Arya Penangsang merebut tahta Kerajaan Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat sebagai penguasa Jepara, yang dianggapnya sebagai ancaman bagi kekuasaannya.

Tindakan ini membuat adipati-adipati Demak tidak puas, termasuk Hadiwijaya dari Pajang. Kekuasaan Demak kemudian dipindahkan dari Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang.

Namun, pada tahun 1554, Hadiwijaya yang dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan putranya Sutawijaya memberontak.

Arya Penangsang tewas, dan Hadiwijaya menduduki posisi Sultan Demak serta memindahkan kekuasaannya ke Pajang, menandai berakhirnya Kerajaan Demak.

 

LAINNYA