Sejarah Kerajaan Mataram Islam: Letak Geografis dan Kehidupan Politik. Simak Penjelasannya Disini!

3 minutes reading
Friday, 2 Jun 2023 23:19 7 Arif Rahman

Portalbaraya.com – Berikut ini kami akan akan menyajikan tentang Sejarah Kerajaan Mataram Islam dari mulai sejarah awal mula pendiriannya, letak geografis hingga kehidupan politiknya.

Kerajaan Mataram Islam adalah sebuah kerajaan yang memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam sejarah Jawa.

Pada artikel ini akan kami ulas sejarah Kerajaan Mataram Islam dari segi letak geografis dan kehidupan politiknya.

Baca Juga: 7 Tempat Wisata Terdekat dari Malioboro Yogyakarta, Referensi Destinasi Wisata Terbaik Saat Berlibur!

Letak Geografis

Pada awalnya, Mataram adalah sebuah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Pajang.

Kerajaan Mataram terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan, dengan pusat pemerintahannya di Kotagede, yang merupakan daerah Jogjakarta sekarang.

Namun, seiring berjalannya waktu, Mataram terus berkembang dan menjadi sebuah kerajaan besar yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.

Kehidupan Politik

Raja pertama dan pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Setelah Sutawijaya meletakkan dasar-dasar pemerintahan, dia bergelar panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama, yang berarti kepala bala tentara dan pengatur agama.

Mataram terus mengembangkan wilayah kekuasaannya hingga mencakup Surabaya, Madiun, Ponorogo, Pasuruan, dan Kediri.

Kemudian, Mas Jolang menggantikan Sutawijaya sebagai penguasa Mataram. Di bawah pemerintahannya, wilayah Mataram terus diperluas dengan melakukan pendudukan terhadap daerah sekitarnya.

Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai Gresik. Namun, Mas Jolang wafat di desa Krapyak dan dikenal dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak.

Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaannya.

Tujuan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia.

Di bawah pemerintahannya, Belanda kesulitan untuk memasuki wilayah Mataram. Namun, setelah Sultan Agung wafat, Belanda berhasil masuk ke wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I.

Sunan Amangkurat I bekerja sama dengan Belanda, yang menyebabkan ketidakpuasan rakyat Mataram dan memicu banyak pemberontakan.

Meskipun demikian, pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan karena bantuan dari pihak Belanda.

Wilayah kekuasaan Mataram semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Sebagian besar wilayah kekuasaannya diambil oleh Belanda.

Sunan Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura.

Di Kartasura, Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram. Setelah Sunan Amangkurat II wafat, wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Giyanti.

Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Daerah Kasultanan Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, dan Daerah Kasunanan Surakarta yang diperintah oleh Susuhunan Paku Buwono I.

Dengan demikian, Kerajaan Mataram Islam memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari periode Pajang hingga pembagian wilayah setelah perjanjian Giyanti.

Meskipun wilayahnya sempit pada akhirnya, pengaruh dan peranan Mataram dalam sejarah Jawa tetaplah signifikan.

LAINNYA