15+ Contoh Teks Anekdot Dalam Kehidupan Sehari-Hari: Singkat dan Lucu Terbaru

12 minutes reading
Friday, 15 Sep 2023 16:30 4 Annas

PortalBaraya.com – Berikut ini ada beberapa contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan referensi siswa dan siswi.

Beberapa contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari tersebut bisa dijadikan sebagai acuan untuk menjawab tentang teks anekdot.

Siswa dan siswi bisa mendapati contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari di bawah ini yang relate dengan kehidupan sehari-ahri.

Sebagai informasi, anekdot adalah cerita singkat yang sangat menarik lantaran lucu dan begitu mengesankan.

Biasanya cerita anekdot berisi orang-orang penting atau yang terkenal berdasarkan kejadian sebenarnya.

Anekdot juga berupa cerita narasi atau dialog yang lucu dengan bermacam tujuan baik untuk hiburan, sindiran, sampai kritik secara tak langsung.

Para siswa dan siswi diharapkan mampu membuat teks anekdot sendiri dengan kreasi serta kreativitasnya masing-masing.

Kumpulan Contoh Teks Anekdot Dalam Kehidupan Sehari-Hari Singkat dan Lucu

Untuk informasi contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari bisa langsung Anda simak sebagai berikut.

  1. Contoh 1: “Sombong”
    Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.

    “Naik! Berangkat!” seru tukang perahu.

    Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, “Hei, sudahkah kamu mempelajari tata bahasa?”

    “Belum,” kata tukang perahu. Ahli bahasa itu berkata lagi, “Kalau begitu, hidupmu sia-sia.”

Baca Juga: 15+ Contoh Teks Berita, Singkat, dan Lengkap dengan Strukturnya Terbaru dengan Konsep 5W+1H

Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tukang perahu itu berseru pada si ahli bahasa.

“Hei, sudahkah kamu belajar berenang?”

“Belum,” jawab si ahli bahasa.

“Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia,” jawab tukang perahu. “Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam.”

  1. Contoh 2 – Emas Sea Games 

Pada suatu sore, Andi bersama bapaknya sedang menonton pertandingan Sea Games cabang olahraga karate antara Indonesia dan Belgia di Televisi.

Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Indonesia sehingga berhasil membawa pulang medali emas. Menyaksikan kemenangan tersebut, Andi sangat senang.

Ia bersorak hingga melompat-lompat di kursi sofa. Bapaknya Andi juga senang dengan kemenangan tersebut, jadi ia berpikir bahwa kegembiraan yang dirasakan anaknya adalah hal yang biasa saja. 

Keesokan harinya, pada sore hari, sedang berlangsung pertandingan cabang olahraga renang putri. Andi yang baru pulang les Bahasa Inggris sedang melihat bapaknya menonton pertandingan tersebut.

Andi lalu bertanya, “Pak, sudah berapa emas yang didapat Indonesia sekarang?’, jawab bapaknya “Masih 13, nih”.

Respon Andi, “Yah, kok tidak bertambah. Tolong beritahu Andi kalau emasnya bertambah ya, pak. Andi temani ibu ke warung dulu.” Jawab Bapa Andi “ya, hati-hati.”

Keesokan harinya, Andi melakukan hal yang sama, yaitu bertanya berapa medali emas yang sudah diperoleh tim Indonesia dalam Sea Games.

Namun, Andi sama sekali tidak ingin menonton pertandingannya, Ia justru pergi bermain sepeda bersama teman-temannya.

Setiap bersepeda melewati rumahnya, Andi mampir dan bertanya kepada bapaknya, “Sudah bertambah belum pak?”

Bapaknya Andi bingung, kenapa Andi penasaran dengan perolehan emas, tapi tidak langsung menonton sendiri pertandingannya.

Saat hari mulai malam dan andi pulang bermain sepeda, Bapaknya Andi berkata “Emasnya bertambah satu, nak.”

“Hah, cuma satu pak?” Tanya Andi.

“Kamu ini kenapa penasaran sekali dengan perolehan emas, langsung nonton sendiri saja kali penasaran” Jawab bapak Andi.

Andi menjawab, “Tidak, ah pak. Andi tidak tertarik dengan pertandingannya. Andi senang kalau Indonesia bisa mendapat emas yang banyak karena dari Sea Games, Indonesia bisa kebagian emas. Sedangkan dari Papua, Indonesia tidak pernah kebagian emas.”

Bapaknya Andi yang sedang menghadap laptop sambil mendengarkan celoteh anaknya, tiba-tiba berpaling menatap Andi dengan sedikit gelak tawa dan rasa tidak percaya dengan pemikiran dan sikap anaknya beberapa hari ini.

Ternyata Andi memiliki perhatian yang cukup dalam menyikapi permasalahan tambang emas di Papua. 

  1. Contoh 3 – Obat Sakit Kepala 

Di suatu hari pada bulan puasa, ada sosok kakek yang hidup bersama dengan cucunya yang sedang asyik menikmati menonton televisi.

Si kakek seperti biasa sedang menonton acara favoritnya yaitu “Si Boy”. Setiap dua puluh menit sekali selalu muncul iklan, dan salah satu iklan yang muncul adalah iklan obat sakit kepala.

Di dalam Iklan tersebut disebutkan bahwa obat tersebut dapat diminum kapan saja.

Ketika sedang asyik-asyiknya menonton tv, kemudian si kakek mendadak muncul rasa sakit di kepalanya.

Kemudian, si kakek memanggil cucunya yang sedang enjoy bermain di kamar dan menyuruhnya supaya membelikan obat sakit kepala untuknya.

Dan setelah cucunya tiba di rumah, maka tidak menunggu lama, si kakek pun langsung meminum obat tersebut.

Merasa ada yang aneh, si cucu tersebut kemudian bertanya kepada si kakek, “Kakek kan lagi puasa, kenapa minum obat Kek?”.

Dengan penuh percaya diri dan sama sekali tidak ragu-ragu, dan seakan tidak merasa berdosa, maka si kakek pun menjawab, “Itulah hebatnya obat bodr*x ini cu, bisa diminum kapan saja!”.

  1. Contoh 4 – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 

Malam hari saat ada hujan gerimis, di sebuah pos ronda ada dua orang pemuda sedang berbincang-bincang.

Dudung: Sekarang yang namanya wakil rakyat itu bukannya menyejahterakan rakyat tapi malah mensejahterakan diri sendiri.

Indra: Dan yang lebih parahnya lagi yaitu banyak yang terlibat kasus korupsi.

Dudung: Parah memang bro. Sekarang rakyat makin susah, dan wakil rakyat malah makin makmur. Banyak rakyat yang hanya bisa hidup di jalanan, sementara wakil rakyat pada hidup dan tinggal di rumah mewahnya. Betapa sejahtera sekali mereka yang duduk di kursi DPR.

Indra: Tapi bro, kalau dipikir-pikir sih wakil rakyat itu berarti mewakili rakyat.

Dudung: Ya memang.

Indra: Mereka kan mewakili rakyat. Partinya, rakyat mau kaya, sudah diwakili sama wakil rakyat. Rakyat mau punya rumah mewah, sudah diwakili sama wakil rakyat. Bahkan, rakyat yang mau berantem pun sudah diwakili sama mereka.

Dudung: Hahaha, tapi yang berantem itu maksudnya apa?

Indra: Ituloh, waktu sidang kan mereka tidak jarang pada berantem.

Dudung: Hahaha bener juga bro.

  1. Contoh 5: Dosen yang Juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.

Tono: “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono: “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono: “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin: “Loh, apa hubungannya.”
Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin: “???”

  1. Contoh 6 – Gusdur di Tanah Abang 

Gus Dur sedang naik pesawat kepresidenan menjamu presiden AS dan Perancis keliling dunia.

Ketika sampai di AS, presiden AS mengulurkan tangannya ke luar jendela, lalu berkata, “Kita sedang di New York.”

“Kok bisa tahu,” tanya yang lain.

“Karena ini, puncak patung Liberty bisa saya pegang.”

Ketika sampai di Perancis, presiden Perancis mengulurkan tangannya ke luar jendela, lalu berkata, “Kita sedang di Paris.”

“Kok bisa tahu,” tanya yang lain.

“Karena ini, puncak menara eiffel bisa saya pegang.”

Ketika sampai di Indonesia, presiden Gus Dur mengulurkan tangannya ke luar jendela, lalu berkata, “Kita sedang di Tanah Abang.”

“Kok bisa tahu,” tanya yang lain.

“Karena ini, jam tangan saya hilang kecopetan.”

  1. Contoh 7: “Anak”
    Setiap hari orang tua Iwan selalu bekerja. Mereka jarang pulang ke rumah karena harus mengisi acara seminar hingga diklat.

    Satu bulan tidak bertemu, ayahnya rindu. Ia menelepon anaknya untuk menguji, apakah si anak juga rindu.

    “Wan, apakah kau sayang orang tuamu?”

    “Sayang, aku selalu merindukan ayah dan ibu saat sendiri di rumah,” kata Iwan berbohong.

    Bapaknya lega mendengar perkataan Iwan. Ia berdoa, “Ya Tuhan, terima kasih sudah titipkan anak yang baik, berikan ia hukuman jika ia salah.”

    Seketika Iwan pingsan.

  2. Contoh 8: Jaksa Penuntut Umum
    “Apa benar saudara menerima uang sebesar 2,4 triliun Rupiah sebagai bentuk kerja sama dalam kasus ini?”

    Saksi hanya diam saja. Akhirnya, hakim bersuara. “Pak, silakan jawab pertanyaan yang diberikan JPU!”

    “Oh, mohon maaf, Yang Mulia,” ucap saksi tersadar dari lamunannya kemudian melanjutkan perkataannya. “Saya pikir jaksa sedang berbicara dengan Anda, Yang Mulia.”

    9. Contoh 9: Menunggu
    Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda bernama Adit sedang berjemur di teras rumahnya. Tiba-tiba, dia mendengar seseorang memanggil namanya. Rupanya, suara itu berasal dari tetangganya. Doni, yang sedang duduk di kursi terasnya.

    Doni: “Pagi, Dit!”
    Adit: “Pagi, Don!”
    Doni: “Kamu tumben akhir-akhir ini rajin berjemur. Biasanya aku nggak pernah lihat kamu kayak gini.”
    Adit: “Iya nih, Aku jadi takut sendiri dengerin berita dari grup keluarga. Lagian sudah ada banyak cerita orang meninggal gara-gara covid. Lagian gara-gara PPKM kan nganggur, jadinya ya berjemur.”
    Doni: “Iya, aku juga sih, gara-gara nggak kerja karena PPKM, jadinya nganggur.”
    Adit: “Ngomong-ngomong, kamu sudah terima bansos belom?”
    Doni: “Belom nih, kalau kamu gimana?”
    Adit: “Aku juga belom terima, padahal sudah daftar kapan hari.”

    Keesokan harinya, di tempat yang sama, kedua pemuda itu berbincang lagi.
    Doni: “Pagi Dit, sudah sarapan?”
    Adit: “Belom, makanannya nggak dateng-dateng padahal sudah pesen dari jam setengah delapan.”
    Doni: “Wah, lama banget. Kok nggak sampe-sampe ya, padahal sudah hampir satu jam.”
    Adit: “Aku kasihan sama perutku, sudah teriak-teriak laper dari tadi.”
    Doni: “Kamu batalin aja makannya, mending masak sendiri.”
    Adit: “Lho kenapa emangnya?”
    Doni: “Bansos aja nggak dateng-dateng, apalagi sarapamu.”

    Kedua pria itu pun tertawa terbahak-bahak.

  3. Contoh 10: Profesi Anak-anak Penjual Kue

Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.

Bapak Presiden: “Sudah berapa lama jualan kue?”
Ibu Tua: “Sudah hampir 30 tahun.”
Bapak Presiden: “Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?”
Ibu Tua: “Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan, dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka sibuk sekali, Pak.”

Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.

Bapak Presiden: “Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah.”
Bapak Presiden: “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan dan DPR?”
Ibu Tua: “Sama … jualan kue juga.”

11. Contoh 11: Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat
Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia.
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat s dia berkata, “Wah kita sedang berada di atas New York!”. Presiden Indonesia (Gus Dur), “Lho kok bisa tahu sih?”.

“Ini patung Liberty kepegang!” jawab Bill Clinton dengan bangganya. Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
“Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!” katanya dengan sombongnya.

Gus Dur, “Wah… kok bisa tahu juga?”. “lni menara Eiffel kepegang!” sahut presiden Perancis tersebut.

Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat. “Wah… kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!” teriak Gus Dur.

“Lho kok bisa tahu sih?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat. “ini jam tangan saya hilang…,”jawab Gus Dur kalem.

12. Contoh 12: Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.

Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?” Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu”.

“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?” kata Nashrudin dengan mimik serius.

13. Contoh 13: Mengikuti Kuis
Suatu hari Doni dan Trio mengikuti sebuah kuis berhadiah. Doni menjadi pengarah sedangkan Trio menjadi penjawab. Apapun yang dikatakan Trio, Doni hanya boleh menjawab ya, tidak, atau bisa jadi.

Doni: Nama tempat?
Trio: Tidak!
Doni: Makanan?
Trio: Tidak!
Doni: Orang?
Trio: Ya, ya, ya!
Doni: Profesi?
Trio: Ya!
Doni: Guru?
Trio: Tidak!
Doni: Berdasi?
Trio: Ya, ya!
Doni: Pejabat?
Trio: Ya, ya!
Doni: Di kantor suka tidur?
Trio: Ya!
Doni: Banyak yang korupsi?
Trio: Bisa jadi, bisa jadi!
Doni: Anggota DPR?
Trio: Ya…!

Akhirnya Doni menjawab betul.

14. Contoh 14: Tak Punya Latar Belakang Presiden

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat di-interview salah satu televisi swasta.

“Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan,” ujar Pak Mahfud.

Tak disangka, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. “Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok,” ujar Gus Dur santai.

Jelas saja Pak Mahfud MD pun tidak berkutik. “Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan,” kelakar Pak Mahfud.

15. Contoh 15 Kereta dan Tukang Kupat Tahu
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusun rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.

Tetapi kebetulan hari ini, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.

Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.

Masinis: “Ada apa, pak?”

Tukang Kupat Tahu: “Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.

Demikian informasi tentang contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari, semoga membantu siswa.

LAINNYA