Hadiri Kajian Umum di Masjid At-Thohir, Erick Thohir dan Gus Miftah Gelar Doa Bersama untuk Persatuan Bangsa

3 minutes reading
Saturday, 12 Aug 2023 08:42 4 Arif Rahman

Portal Baraya – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Mubaligh Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal sebagai Gus Miftah, melaksanakan doa bersama. Mereka berdoa agar persatuan di Indonesia tetap kuat dan terjaga.

Usai melaksanakan salat Jumat, keduanya bersama-sama berdoa setelah mengunjungi Masjid At-Thohir.

Tujuan dari doa ini adalah untuk memohon agar persatuan dan kerukunan di antara warga Indonesia tetap terjaga. 

Baca Juga: Mantap! Pasar Kreatif 2023 Raup Omzet Mencapai Rp7,8 Miliar dari 5 Mal di Kota Bandung

“Selepas salat Jumat kami bersalawat bersama Gus Miftah dari Masjid At-Thohir, berdoa untuk persatuan dan ukhuwah bangsa Indonesia,” ujar Erick di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Jumat (11/08/2023).

Keduanya datang ke Masjid At Thohir dalam acara Kajian Umum dengan tema ‘Menjaga Kesatuan dalam Keragaman Bangsa’. Acara ini dihadiri oleh ribuan jamaah dari Masjid At Thohir.

Erick juga mengucapkan terima kasih kepada Gus Miftah karena telah hadir di masjid yang didirikan untuk mengenang Almarhum Muhammad Thohir.

“Suwun Gus, sudah menyempatkan hadir membagi ilmu di masjid kami. Bismillah, untuk Indonesia yang sejuk, tentram, dan optimistis,” ucapnya

Baca Juga: Erick Thohir Dorong Penyelesaian Hak Eks Pemegang Polis Jiwasraya

Pada kesempatan tersebut, dalam ceramahnya, Gus Miftah mengajak seluruh warga Indonesia untuk waspada terhadap paham radikal.

Hal ini diperlukan karena penganut paham radikal cenderung tidak mendukung harmoni antar agama dan suku yang sudah berkembang di Indonesia.

Gus Miftah, yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, menjelaskan ada lima ciri seseorang yang memiliki pandangan radikal.

Pertama, mereka tidak mau menerima perbedaan pendapat atau pandangan, seperti dalam tata cara sholat.

“Padahal empat imam mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali sendiri berbeda-beda. Silahkan pilih mau pakai imam yang mana. Salah seorang imam menegaskan, ikuti imam dimana kita berada saat beribadah,” tutur Gus Miftah.

Ciri kedua orang radikal, ujar Gus Miftah, adalah tidak memiliki dasar keilmuaan. Namun, mereka kerap berdalih mengatasnamakan Alquran dan Hadist.

Baca Juga: Pengamat Puji Sikap Erick Thohir Terhadap Korban Tragedi Kanjuruhan yang Dinilai Elegan dan Humanis

“Contohnya, ada yang menganggap musrik siapapun yang menyanyikan lagu Padamu Negeri. Padahal hasil dari menyanyikan lagu itu adalah cinta kepada Tanah Air, bukan ibadah?” katanya.

Menurut Gus Miftah, Rasulullah saat meninggalkan Makkah, berdoa sambil menangis dari atas nukit,

“Demi Allah kamu Makkah, adalah tanah yang paling saya cintai. Begitu Beliau tiba di Madinah, Beliau berdoa, Ya Allah anugerahkan padaku kota Madinah sebagaimana saya mencintai kota Makkah,” kisah Gus Miftah.

Teladan Nabi Muhammad itu, ujar Gus Miftah, menunjukkan bahwa Rasulullah pun sangat mencintai tanah airnya. Sebab, di Makkah lah, Nabi Muhammad dilahirkan, besar, tumbuh, berjuang, dan akhirnya wafat.

Ciri ketiga orang radikal, ujar Gus Miftah, eksklusif, dan merasa bahwa kunci surga dia yang punya, kelompok lain adalah salah.

Ciri Keempat, adalah anti Pancasila. Menurut Gus Miftah, mereka mengatakan bahwa Pancasila itu bid’ah, sementara cinta Madinah itu ibadah hanya karena ingin sama dengan Rasulullah.

Baca Juga: Cek Formasi CPNS dan PPPK 2023: 80 Persen Untuk Guru dan Tenaga Kesehatan. Peluang Besar Untuk Honorer!

Ciri kelima orang radikal, menurut Gus Miftah adalah memusuhi orang yang beda agama.

“Padahal, Nabi sendiri sampai menghormati jenazah nasrani. Karena menurut Beliau, kita sama-sama mahluk Allah,” katanya.

Gus Miftah menegaskan, mari tidak membiarkan perbedaan menjadi penyebab konflik. Yang harus dijaga adalah agar tidak terjadi perpecahan di antara kita.

LAINNYA