Viral! Roleplay Game di TikTok atau Medsos dan Dampak Pengaruhnya bagi Anak yang Harus Diperhatikan

8 minutes reading
Tuesday, 20 Jun 2023 11:43 7 Cahyo Triwibowo

Portalbaraya.com – Salah satu permainan roleplay (RP) yang sedang viral di TikTok adalah Genshin Impact, sebuah game aksi petualangan dengan elemen permainan peran yang dikembangkan oleh miHoYo, perusahaan game asal Tiongkok.

Game ini menawarkan dunia terbuka yang luas untuk dieksplorasi oleh pemainnya dan memungkinkan mereka untuk memilih dan mengendalikan berbagai karakter dengan keahlian dan kekuatan yang berbeda-beda.

Pada tokoh atau setiap karakter dalam game ini memiliki keterampilan khusus yang dapat digunakan dalam pertempuran melawan musuh-musuhnya.

Visual yang memukau dan gameplay yang menarik membuat Genshin Impact populer di TikTok.

Para pemain dapat menikmati grafis yang indah, cerita yang menarik, dan sistem gacha yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan karakter atau item langka.

Konten terkait Genshin Impact juga sering dibagikan oleh pengguna TikTok, seperti video gameplay, tips dan trik, serta meme yang menghibur.

Selain Genshin Impact, game-game roleplay lainnya seperti Ragnarok Online, Seal, Final Fantasy, dan Dragon Quest juga tetap populer di kalangan penggemar mereka.

Setiap game memiliki penggemar yang loyal dan tetap memiliki tempat di hati para pemainnya.

Baru-baru ini, sebuah video viral memperlihatkan seorang ayah yang marah pada anak perempuannya.

Ayah tersebut kesal karena anaknya terlibat dalam permainan roleplay di TikTok.

Alasan utama kemarahan sang ayah adalah karena anaknya melakukan roleplay dengan pengguna TikTok yang tidak dikenalnya.

Konten roleplay yang dilakukan anak tersebut juga dianggap tidak pantas karena terdapat unsur dewasa, bahkan sampai menampilkan anak sebagai peran yang dimainkan oleh pengguna TikTok lain.

Dalam video tersebut, anak perempuan berusia 11 tahun tersebut terlihat sangat sedih dan malu.

Sang ayah tetap mengambil video meskipun permintaan sang anak untuk tidak melakukannya.

Ia menjelaskan bahwa tindakan sang anak harus menjadi pelajaran bagi yang menonton video tersebut dan mengingatkan pentingnya fokus pada pendidikan dan perkembangan pribadi yang sehat.

Kasus ini menimbulkan perhatian psikiater, dr Lahargo Kembaren, SpKj.

Menurutnya, permainan roleplay di media sosial seperti itu dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak.

Ia mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga meliputi aspek mental dan emosional.

Roleplay di media sosial dapat memicu masalah seperti pelecehan seksual dan kekerasan verbal, yang dapat menyebabkan efek traumatis pada anak.

Ia juga menjelaskan bahwa permainan roleplay yang sedang viral berpotensi mempengaruhi kemampuan anak dalam menilai realitas.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan psikologis dan menimbulkan kebingungan pada anak mengenai identitas dan nilai-nilai.

Baca Juga: Kehadiran Aldi Taher Diharapkan Hotman Paris Untuk Memeriahkan Acara HSS 2023 dan Menghibur Dengan Tingkahnya

Secara umum, roleplayer adalah individu yang terlibat dalam kegiatan roleplaying.

Roleplaying merupakan proses berpura-pura menjadi karakter atau memainkan peran yang berbeda dari diri sendiri.

Roleplaying merupakan bentuk hiburan yang populer di kalangan anak muda dan dewasa, terutama di era digital seperti sekarang ini.

Melalui roleplaying, seseorang dapat mengambil peran karakter favorit mereka atau menciptakan karakter baru yang sesuai dengan imajinasi dan kreativitas mereka.

Bahkan di luar dunia permainan dan media sosial, roleplaying juga sering ditemukan dalam berbagai acara seperti cosplay, di mana orang-orang berdandan dan berperan sebagai karakter favorit mereka dari film, anime, atau permainan video.

Banyak orang menikmati roleplaying karena aktivitas ini memberikan kebebasan berekspresi dan menghilangkan diri sejenak dari realitas sehari-hari.

Mereka dapat mengeksplorasi sisi lain dari kepribadian mereka dan mengalami petualangan dalam dunia imajinasi.

Selain itu, roleplaying juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, membentuk komunitas, dan berbagi pengalaman yang menyenangkan.

Namun, seperti halnya dengan semua hal, perlu ada keseimbangan dalam melakukan roleplaying.

Orang harus tetap menjaga kesehatan mental dan emosional mereka, serta mengenali batas antara permainan dan realitas.

Dalam kasus viral yang terjadi di TikTok, di mana seorang anak dimarahi oleh orang tuanya karena bermain roleplay dengan orang yang tidak dikenal, menjadi pengingat penting tentang keselamatan dan pemantauan aktivitas online anak-anak.

Baca Juga: Apa Benar, Es di Seluruh Dunia akan Mencair di Tahun 2030? Yuk Cek Faktanya!

Orang tua harus memberikan pengawasan yang tepat dan melibatkan diri dalam kehidupan digital anak-anak mereka untuk melindungi mereka dari potensi bahaya dan mengajarkan penggunaan yang bertanggung jawab terhadap media sosial.

Selain itu, pendidikan tentang batasan dan etika dalam roleplaying juga perlu diberikan kepada anak-anak agar mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Para psikiater dan ahli kesehatan mental juga mengingatkan bahwa roleplaying yang berlebihan atau tidak sehat dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak dan menyebabkan efek traumatis.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberikan panduan yang baik, mendukung komunikasi, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk menjalani aktivitas roleplaying dengan sehat dan positif.

Dalam kesimpulan, roleplaying adalah aktivitas yang populer di kalangan anak muda dan dewasa.

Melalui roleplaying, seseorang dapat mengambil peran karakter, menciptakan cerita, dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.

Namun, perlu diingat bahwa roleplaying harus dilakukan dengan keseimbangan, keselamatan, dan pengawasan yang tepat.

Dalam kasus viral di TikTok, penting bagi orang tua untuk terlibat dalam kehidupan digital anak-anak mereka dan memberikan panduan yang sehat terkait penggunaan media sosial.

Dengan pendekatan yang baik, roleplaying dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan membantu dalam pengembangan kreativitas, keterampilan interpersonal, dan kemampuan berimajinasi.

Selain itu, roleplaying juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan.

Bagi mereka yang tertarik dengan roleplaying, ada beberapa platform dan komunitas online yang menyediakan ruang aman untuk berpartisipasi dalam permainan peran.

Beberapa platform ini termasuk forum khusus, grup media sosial, atau situs web khusus yang didedikasikan untuk roleplaying.

Dalam lingkungan ini, para pemain dapat bergabung dengan permainan yang sudah ada atau bahkan menciptakan permainan mereka sendiri.

Permainan peran juga telah berkembang menjadi bentuk hiburan yang lebih maju dengan adanya permainan video dan virtual reality.

Dalam permainan video, pemain dapat mengendalikan karakter mereka dan menjelajahi dunia yang dirancang dengan indah serta berinteraksi dengan pemain lain secara online.

Di sisi lain, teknologi realitas virtual (VR) memungkinkan pemain untuk benar-benar merasakan pengalaman menjadi karakter dalam lingkungan yang sepenuhnya imersif.

Namun, penting untuk diingat bahwa roleplaying tetap merupakan aktivitas hiburan dan bukan pengganti kehidupan nyata.

Perlu menjaga keseimbangan antara waktu yang dihabiskan dalam permainan peran dengan kewajiban sehari-hari, seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan pribadi.

Mengenal batasan dan memastikan bahwa roleplaying tidak mengganggu kesehatan mental, sosial, atau emosional adalah hal yang penting.

Dalam konteks pengajaran, roleplaying juga digunakan sebagai metode pembelajaran yang efektif.

Dalam pendidikan, roleplaying memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengalami situasi nyata dalam lingkungan yang aman dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik tertentu.

Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa dapat memerankan tokoh-tokoh bersejarah dan melihat perspektif mereka.

Secara keseluruhan, roleplaying adalah aktivitas yang dapat memberikan hiburan, pengembangan pribadi, dan kesempatan belajar yang berharga.

Dalam menjalani roleplaying, penting untuk tetap menjaga keseimbangan, memahami batasan, dan menjaga keselamatan baik secara online maupun offline.

Dengan pendekatan yang tepat, roleplaying dapat menjadi sarana yang kreatif dan bermanfaat dalam mengembangkan keterampilan sosial, imajinasi, dan kemampuan berpikir.

Namun, dalam beberapa kasus, roleplaying juga dapat menimbulkan kontroversi atau masalah jika tidak dilakukan dengan bijak.

Salah satu contohnya adalah kasus viral di mana seorang anak dimarahi oleh orangtuanya karena bermain roleplay di TikTok dengan konten yang tidak sesuai atau berbahaya seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Peristiwa tersebut mencuat ke permukaan setelah video yang memperlihatkan seorang ayah yang marah dan memarahi anak perempuannya menjadi viral di media sosial.

Ayah tersebut mengungkapkan kekesalannya karena anaknya terlibat dalam permainan roleplay dengan orang-orang yang tidak dikenalnya di TikTok.

Konten roleplay yang dilakukan oleh anak tersebut juga terkesan dewasa dan mencakup peran sebagai seorang ibu dari anak yang dimainkan oleh pengguna TikTok lainnya.

Video tersebut memperlihatkan anak perempuan berusia 11 tahun menangis dan merasa malu karena situasi tersebut.

Sang ayah, meskipun dihadapkan dengan permintaan anaknya untuk tidak mengambil gambar dirinya, menjelaskan alasannya dengan harapan dapat menjadi pelajaran bagi yang menonton video tersebut.

Kejadian ini menimbulkan berbagai tanggapan dari berbagai pihak, termasuk dari seorang psikiater bernama dr. Lahargo Kembaren, SpKj.

Menurut dr. Lahargo, permainan roleplay seperti ini dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak.

Dia menjelaskan bahwa anak dan remaja sedang dalam fase pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan emosional.

Oleh karena itu, pengaruh roleplaying di media sosial yang tidak sesuai atau bahkan berbahaya dapat menyebabkan efek traumatis pada anak dan mengganggu perkembangannya secara psikologis.

Dr. Lahargo juga menyoroti bahwa permainan roleplay yang berlebihan atau tidak sehat dapat merusak pembentukan jati diri anak.

Misalnya, jika norma dan nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dalam permainan tersebut diabaikan, maka anak dapat mengalami kebingungan dan masalah psikologis.

Selain itu, kemampuan anak untuk menilai realitas juga dapat terganggu, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kematangan dan pertumbuhan sel-sel sarafnya.

Dalam menghadapi situasi seperti ini, penting bagi orang tua untuk terlibat dalam dialog terbuka dan memahami perspektif anak mereka.

Orang tua dapat menggunakan momen ini untuk membantu anak memahami konsekuensi dari kecanduan terhadap permainan roleplay yang tidak sehat dan membimbing mereka dalam menemukan kegiatan lain yang lebih seimbang dan bermanfaat.

Kasus ini juga menjadi pengingat bagi orang tua akan pentingnya pemantauan dan pengawasan yang tepat terhadap aktivitas online anak-anak mereka.

Orang tua harus selalu terlibat dalam kehidupan digital anak-anak mereka, memberikan arahan yang sehat tentang penggunaan media sosial, dan memastikan bahwa anak-anak mereka terlindungi dari konten yang tidak pantas atau berbahaya.

Dalam menghadapi kontroversi terkait roleplaying di media sosial, penting bagi semua pihak untuk berkomunikasi dan selalu mengawasi penggunaan media sosial oleh anak-anak.

LAINNYA