Portal Baraya – Kota Majalaya, salah satu kecamatan yang ramai dan padat penduduk di Kabupaten Bandung, telah mengalami perubahan yang menarik seiring berjalannya waktu.
Pada tahun 1960-an, Majalaya pernah dijuluki sebagai “Kota Dollar” berkat kemajuan ekonominya, terutama dalam industri tekstil.
Pada masa itu, Majalaya menjadi sentra tekstil yang menghasilkan produk unggulan, seperti kain sarung tradisional.
Distribusi hasil tekstilnya meluas hingga Jakarta, Surabaya, dan bahkan mencapai Filipina.
Namun, pada tahun 1990–1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak besar, terutama pada industri tekstil di Majalaya.
Harga barang jatuh, banyak pengusaha tekstil gulung tikar, dan kecamatan Majalaya terpuruk.
Meskipun mengalami pasang surut, sebagian pengrajin sarung di Majalaya beralih ke metode modern dengan menggunakan mesin,
sedangkan beberapa pengusaha kecil bertahan dengan alat tenun tradisional.
Secara geografis, Majalaya terletak di sebelah tenggara cekungan Bandung.
Sungai Citarum yang membelah pusat kecamatan ini kadang-kadang menyebabkan banjir besar saat musim hujan tiba.
Jalur Cijapati dan Kamojang menghubungkan Kota Bandung ke Kabupaten Garut melalui Majalaya.
Pada masa kejayaannya, Majalaya menyuplai hingga 40 persen kebutuhan tekstil di Indonesia, terutama kain sarung yang dihasilkan dari alat tenun tradisional.
Namun, dengan perkembangan teknologi dan masuknya mesin tekstil, kejayaan tersebut meredup, dan banyak pengrajin tradisional beralih profesi, menjadikan Majalaya lebih dikenal sebagai “Kota Dokar.”
Kini, Majalaya bukan lagi Kota Dollar, melainkan Kota Dokar.
Mesin tenun yang dulunya mendominasi kini telah digantikan oleh dokar atau delman yang melintasi jalanan Kecamatan Majalaya.
Pemandangan jalanan yang dipenuhi dokar dan delman, yang parkir di pinggir jalan, memberikan citra baru bagi Kota Majalaya sebagai kota Dokar.