Portal Baraya – Guru Besar Emeritus Geologi ITB, R.P Koesoemadinata, mengungkapkan bahwa peradaban logam di Bandung telah ada sejak sekitar 300 tahun yang lalu.
Artefak seperti serpihan obsidian, alat batu terpoles, dan tembikar yang ditemukan di timur laut Bandung mengindikasikan keberadaan peradaban sejak zaman Neolitikum.
“Penemuan ini menunjukkan bahwa leluhur Ki Sunda sudah mengembangkan industri logam dan perdagangan peralatan batu,” ujar Koesoemadinata dalam diskusi tentang Prasejarah Bandung dan Asal Usul Ki Sunda pada Rabu, 31 Juli 2024.
Artefak prasejarah ini ditemukan di sekitar cekungan Bandung, terutama serpihan obsidian di bukit-bukit dengan ketinggian lebih dari 725 meter di atas permukaan laut.
Penemuan ini juga mengisyaratkan keberadaan Danau Bandung purba yang tercantum dalam legenda Sunda “Sasakala Sangkuriang”.
Menurut penelitian Van Bemmelen pada tahun 1934, danau purba ini terbentuk akibat aliran debu vulkanik dari letusan Gunung Tangkuban Parahu setelah runtuhnya Gunung Sunda Purba.
Endapan danau tertua diperkirakan berusia 125 ribu tahun, sementara letusan Plinian besar terjadi sekitar 105 hingga 55-50 ribu tahun yang lalu.
Meskipun demikian, penelitian geologi modern dengan metode pentarikhan radiometri menunjukkan bahwa pemukim awal mungkin tidak menyaksikan terbentuknya Danau Bandung atau lahirnya Gunung Tangkuban Parahu.
Lebih mungkin mereka menyaksikan letusan Plinian kedua sekitar 55-50 ribu tahun yang lalu.
Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Unpad, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, menekankan pentingnya penelitian arkeologi lanjutan dengan pentarikhan radiometri untuk mengetahui sejak kapan leluhur Ki Sunda menetap di sekitar Danau Bandung.
Menurutnya, situs-situs yang kaya artefak kini berubah menjadi wilayah pemukiman modern, sehingga dibutuhkan dukungan politik yang kuat untuk melanjutkan penelitian.
Ganjar juga menambahkan bahwa sejarah Bandung telah dihuni sejak zaman Microlithicum atau Mesolithicum secara terus menerus hingga zaman Hindu.
Situs-situs di utara Bandung, khususnya Dago Pakar, menunjukkan bahwa kebudayaan Ki Sunda masa lampau sudah mencakup industri logam.
Penggalian dan pentarikhan radio-isotop pada situs-situs ini diperlukan untuk melengkapi sejarah Ki Sunda secara ilmiah.
Dalam penutupannya, Ganjar menyatakan bahwa hasil penelitian geologi dan pentarikhan radio-isotop telah memunculkan berbagai spekulasi tentang asal-usul Gunung Ki Sunda dan Danau Bandung.
Spekulasi ini diharapkan bisa menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut yang akan mengungkap lebih banyak tentang sejarah purba Ki Sunda dan Bandung.