Cacar Monyet Merebak Lagi: Kenali Apa Itu Cacar Monyet, Gejala, dan Pencegahannya

5 minutes reading
Wednesday, 25 Oct 2023 15:36 6 Arif Rahman

Portal Baraya – Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta telah menkonfirmasi peningkatan kasus cacar monyet, yang lebih dikenal dengan sebutan monkeypox (mpox).

Hingga tanggal 25 Oktober 2023 pukul 09.00 WIB, jumlah kasus positif mencapai 13 orang di Ibu Kota.

Data dari Dinkes DKI Jakarta mencatat bahwa kasus positif cacar monyet pertama kali muncul pada bulan Agustus 2022.

Namun, pada tanggal 13 Oktober 2023, terdapat satu tambahan kasus, dan hingga saat ini, jumlah kasus positif terus bertambah hingga mencapai 13 orang.

Perkembangan yang lebih mengkhawatirkan adalah salah satu pasien positif cacar monyet yang ditemukan pada 23 Oktober merupakan kontak erat seksual dari pasien positif lainnya.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Air Terjun Telunjuk Raung, Destinasi Wisata Tersembunyi di Banyuwangi yang Menawan

Sementara angka kasus COVID-19 menurun di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan tentang kasus penyakit cacar monyet dari negara-negara yang sebelumnya tidak endemik terhadap penyakit ini.

Cacar monyet kini telah menyebar ke 12 negara non-endemis di tiga regional WHO: Eropa, Amerika, dan Western Pacific. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pemangku kebijakan kesehatan di seluruh dunia serta masyarakat umum.

Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang penyakit ini, mari kita eksplorasi lebih dalam apa itu cacar monyet, gejalanya, dan upaya pencegahan yang dapat diambil.

Apa Itu Cacar Monyet?

Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae.

Baca Juga: Jerawat di Ketiak Kanan apa Berbahaya? Yuk Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya

Genus Orthopoxvirus juga mencakup virus penyebab cacar, virus vaccinia yang digunakan dalam vaksin cacar, dan virus cacar sapi.

Penyakit cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika wabah penyakit yang mirip dengan cacar menyerang koloni monyet yang digunakan untuk penelitian. Inilah yang kemudian memberi nama penyakit ini sebagai cacar monyet.

Kasus pertama penyakit cacar monyet pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Sejak itu, kasus cacar monyet telah terjadi di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat, termasuk Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

Cara Penularan Cacar Monyet

Penularan virus cacar monyet dapat terjadi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus. Virus ini juga dapat menular dari ibu hamil ke janin melalui plasenta.

Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, kontak dengan hewan buruan, atau penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi.

Virus juga dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi, atau dengan bahan yang telah terkontaminasi.

Baca Juga: Honda CR-V Hybrid, SUV Andalan Honda Generasi Keenam yang Sudah 23 Tahun Eksis di Indonesia

Meskipun namanya adalah cacar monyet, penyakit ini tidak selalu berasal dari monyet. Berbagai spesies hewan telah diidentifikasi sebagai inang sementara virus cacar monyet.

Hingga saat ini, terdapat ketidakpastian mengenai reservoir alami virus ini, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih lanjut. Namun, penting untuk dicatat bahwa monyet bukanlah reservoir utama.

Gejala dan Tanda Cacar Monyet

Gejala cacar monyet pada manusia mirip dengan gejala cacar air, yang biasanya lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati), yang tidak terjadi pada cacar air.

Masa inkubasi cacar monyet berkisar antara 6 hingga 13 hari, meskipun dalam beberapa kasus bisa mencapai 5 hingga 21 hari. Gejala dan tanda cacar monyet meliputi:

  • Sakit kepala
  • Demam akut dengan suhu lebih dari 38,5°C
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
  • Nyeri otot (Myalgia)
  • Sakit punggung
  • Kelemahan tubuh (Asthenia)
  • Lesi cacar berisi cairan atau nanah pada seluruh tubuh

Baca Juga: Tak Hanya Sehat, Ternyata ada 5 Manfaat Berenang bagi Anak secara Psikologis. Apa Saja?

Pada 1 hingga 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam, yang sering dimulai pada wajah dan menyebar ke bagian lain tubuh.

Penyakit ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu dan telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi di Afrika.

Cara Pencegahan Cacar Monyet

Ada beberapa tindakan yang dapat diambil untuk mencegah infeksi virus cacar monyet, antara lain:

1. Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus
Ini mencakup hewan yang terlihat sakit atau ditemukan mati di daerah yang terdapat kasus cacar monyet.

2. Hindari kontak dengan bahan yang bersentuhan dengan hewan yang sakit
Ini termasuk tempat tidur atau barang-barang lain yang mungkin terkontaminasi virus.

3. Isolasi pasien yang terinfeksi
Langkah ini penting untuk mencegah penularan dari manusia ke manusia.

4. Cuci tangan dengan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi: Langkah ini sangat penting untuk mencegah penularan melalui kontak langsung.

Baca Juga: Hati-Hati! Viral Virus Serang BCA Mobile, Begini Cara Mengatasinya

Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi: APD dapat membantu melindungi petugas kesehatan dan orang lain yang merawat pasien.

Pastikan daging dimasak dengan benar: Ini adalah langkah penting untuk mencegah penularan virus dari hewan ke manusia melalui makanan.

Meskipun cacar monyet belum menyebar di Indonesia, tetap penting untuk tetap waspada dan berhati-hati.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan, seperti yang telah dijelaskan di atas, segera laporkan ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.

Pencegahan merupakan kunci, dan pengetahuan tentang penyakit ini dapat membantu melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita.

LAINNYA