Portal Baraya – Puisi elegi 10 november adalah salah satu bentuk karya sastra yang mengungkapkan rasa duka dan penghormatan kepada para pahlawan yang gugur dalam pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
Peristiwa ini menjadi salah satu momen bersejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.
Puisi elegi 10 november juga menjadi salah satu cara untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berkorban demi tanah air.
Secara garis besar, puisi elegi adalah puisi yang berisi ungkapan kesedihan, penyesalan, atau penghormatan atas kematian seseorang atau sesuatu.
Kata elegi berasal dari bahasa Yunani, yaitu elegos, yang berarti nyanyian ratapan. Puisi elegi biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
– Menggunakan kata-kata yang menyentuh hati dan menimbulkan empati
– Menggunakan gaya bahasa yang indah dan puitis, seperti metafora, personifikasi, hiperbola, dan lain-lain
– Menggunakan rima, irama, dan sajak untuk menciptakan efek bunyi yang harmonis
– Menggunakan tema yang berkaitan dengan kematian, kesedihan, pengorbanan, penghormatan, atau harapan
Contoh Puisi Elegi 10 November
Berikut adalah beberapa contoh puisi elegi 10 november yang bisa Anda baca dan renungkan.
1. Elegi 10 November
Oleh SIM
Hari ini kami memandang
Wajah-wajah pada bingkai yang terpajang
Menunduk membisikkan doa
Dalam semat kenangan akan jasa
Separuh asa kami melayah
Dalam bayang-bayang
Akan masa yang telah silam
Darah yang telah mengalir
Keringat yang telah bergulir
Bagai sebutir safir
Dalam ruang yang temaram
Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan
Bukan!
Meski air mata membayangi kenangan
Akan pengorbanan yang tlah dipersembahkan
10 November ini
Bersama duka ini
Kamu sematkan setangkup doa
Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus
Untuk jiwa kepahlawananmu yang tulis
Baca Juga: Jangan Sampai Terlambat Ikut Sesi 3 SKD CPNS 2023, Ini Jam dan Lokasi Tesnya
2. Pengorbananmu
Oleh Destiara Anggita Putri
Tak terhitung kubik darahmu bercucuran
Dari luka belati hingga senapan
Hasil perjuangan melawan penjajah
Peluh membasahi tubuhmu
Tak kau hiraukan
Anganmu tak tentu arah
Bulatkan tekat pada satu tujuan
Tak lelah di medan perang
Walau rindu keluarga kau sembunyikan
Kejam
Itulah gambaran pertempuran
Jiwa tak dapat berdusta
Tengah dirundung kesedihan
Hanya satu pilihan
Merdeka atau mati di tangan penjajah
Pagi hinggan malam
Bulan pun menjadi tahun
Telah beribu malam menanti
Tetap jua tak terlepas
Pengorbananmu demi bangsa
Akan selalu kami kenang
Tak kubiarkan tuk dilupakan
Wahai pahlawanku
Ksatria pelindung negeri
Pejuang kemerdekaan
3. Bayang-bayang Pahlawan
Oleh Mujianto, M.Pd
Bayang-bayang para pejuang
Tetap nampak walau di balik senja
Kisahnya harum semerbak wewangian
Sang pahlawan bangsa
Di pertempuran yang merenggut nyawa
Tembakan yang merelakan dada
Penuh tetesan darah
Semangat itu harapan bangsa
Bayang-bayang itu
Menjadikan kami menggelora
Menapaki menjelajahi
Walau nanti hanya seberkas janji
Maafkan Kami
Oleh Siti Isnatun, dkk.
Andai kau mengerti bangsa ini sekarang
Mungkin senyumu akan menjadi tangismu
Mungkin tawamu akan menjadi sedihmu
Wahai pahlawanku
Maafkan kami yang tak bisa memperbaiki
Negara yang merana ini
Tapi kami akan berjanji padamu
Merebut kembali kemerdekaan yang hakiki itu