Portalbaraya.com – Tanggal 28 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia demi merasakan empati kepada para penderita penyakit jantung dan mengingatkan pada kita betapa pentingnya untuk menjaga kesehatan jantung selama hidup.
Karena jantung adalah organ vital manusia yang apabila ia tak berdetak, maka artinya berakhirlah masa hidup si pemilik jantung tersebut.
Nah, berikut ini ada 2 buah puisi indah karya anak Indonesia dalam rangka memperingati Hari Jantung sedunia.
Surat untuk Tuhan – Trinil Cah Kampung
Tuhan
Andai aku bisa sembuh dari penyakitku ini
Semua pasti akan bahagia
Tuhan
Jika aku tidak bisa sembuh
Bolehkah aku menulis permintaan padamu
Tuhan
Aku tahu, hidup dan matiku
Hanya Engkau yang mengaturnya
Tapi
Aku mohon jangan cabut nyawaku
Sebelum tercapai semua cita-citaku
Beri aku kesempatan
Untuk membahagiakan orang-orang terkasihku
Beri aku kesempatan
Melihat mereka semua melangkah di jalan-Mu
Melihat mereka sehat, sukses, bahagia, dan sejahtera
Beri aku kesempatan
Menjadi orang yang bermanfaat
Bagi sahabat, keluarga, dan orang lain
Karena aku ingin kepergianku nanti
Tak ada air mata yang mengiringiku
Aku ingin mereka semua
Menghantarkanku dengan doa dan senyuman
Jika semua itu sudah terwujud
Dan bekal amalanku sudah cukup
Aku siap kembali menghadap-Mu
Ya Tuhan
Jantung di Rerumputan – Inung Imtihani
Dari mana hidup ini bermula?
Ia berjalan tanpa awalan
Dan berakhir semena-mena tanpa pengumuman
Beberapa waktu dalam hidup
Sering ku habiskan memandang rumput
Mencari jantung yang belum ku temukan sejak lahir
Berapa detik lagi?
Suaranya terdengar, tapi apa benar ada?
Ku harap waktu bisa disimpan dalam toples
Agar kalau lapar aku bisa menelannya
Sebagai camilan anti tua
Agar aku punya tenaga
Menyembunyikan dosa-dosa
Dan merekatkan kertas amal yang khusyuk
Baik ketika mabuk
Tuhan pembuat peta yang baik
Sampai tak tampak dimana kutub nyawa
Sementara aku berlomba dengan uban
Memburu jantung yang jatuh di rerumputan
Waktu perlahan, pasti tanpa disadari
Menjelma serupa Raqib dan Atid atau pembantunya
Mungkin menggiring manusia tanpa suara
Menghidupi, meski tanpa detak jantung, tanpa desah nafas
Terkadang menyesakkan atau melapangkan
Terkadang melukis senyum atau menggores kesedihan
Tuhan sang pemilik nyawa berpisah dengannya
Waktu yang perlahan mengiringi
Gemetar kala Izrail datang
Mengabarkan bahwa tangisnya sia-sia
Bahkan sebelum ia sempat menuliskan sebuah pesan
Atau sekedar menawar
Tunggulah Izrail, dia belum selesai menulis
Waktu
Tanpa jarum panjang-pendek dan detak detik
Mengakhiri titah Tuhan, kembali ke peraduannya
Tuhan tersenyum,
Tak perlu kau risau
Aku telah menitipkan amal
Dan doa-doa seribu malaikat untuknya