Tips Merawat Anak Berkebutuhan Khusus

6 minutes reading
Thursday, 3 Nov 2022 15:23 4 Sutrisno Bachtiar Yusuf

Portalbaraya.com –Tidak semua anak dilahirkan dalam keadaan sempurna. Ada beberapa anak yang digolongkan sebagai anak berkebutuhan khusus. Hal ini karena anak tersebut memiliki kondisi yang tidak sama dengan anak-anak lain yang memiliki kondisi fisik dan mental sempurna.

 

Pengertian anak berkebutuhan khusus atau disebut juga heward yaitu anak yang memiliki karakter khusus, karena adanya perbedaan dengan anak lain pada umumnya. Biasanya, anak berkebutuhan khusus ini memiliki kelemahan atau kekurangan di bidang mental, emosi atau juga fisik.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Pencegahan Alergi Udara Dingin

Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus ini dimaksudkan untuk menggantikan istilah anak cacat yang sebelumnya disematkan pada anak-anak tersebut. Hal ini karena kata cacat, dikonotasikan pada hal-hal negatif.

 

Yaitu sebuah kondisi dimana si penyandang cacat tersebut merupakan sosok yang hanya membebani orang lain dan tidak memiliki kemampuan atau kelebihan apapun.

Padahal, dalam kenyataannya, banyak anak-anak berkebuthuan khusus ini yang juga mampu memberikan prestasi membanggakan. Beberapa tokoh dunia pun, ada yang memiliki latar belakang sebagao orang yang memiliki kebutuhan khusus.

Sebut saja Beethoven, seorang komposer musik klasik yang karyanya sudah diakui dunia sepanjang masa. Dalam kenyataannya Beethoven adalah seorang yang memiliki kekurangan pada pendengarannya. Namun dengan kelemahannya tersebut, Beethoven mampu memberikan berbagai macam karya yang memiliki nilai seni tinggi.

Dunia musik juga memiliki seorang Stevie Wonder. Penyanyi kulit hitam ini memiliki kekurangan di bidang penglihatan karena tidak bisa melhat sejak lahir. Namun, dengan kelemahannya tersebut, tidak menjadikannya patah semangat.

 

Sebaliknya, dengan suara emasnya, Stevie Wonder mampu menghasilkan beberapa lagu yang sempat menduduki peringkat atas di berbagai tangga lagu dunia.

Di bidang olah raga pun, pada saat ini sudah diselenggarakan beberapa ajang kejuaraan yang ditujukan bagi para penyandang kebutuhan khusus tersebut. Sudah banyak atlet yang memiliki kebutuhan khusus yang mampu mengukir prestasi cemerlang di bidang olah raga.

 

Baca Juga: Gejala Alergi Susu Formula pada Bayi Yang Sering Terjadi

Indonesia sendiri, memiliki seorang atlet panjat tebing dengan kebutuhan khusus yang namanya sudah diakui dunia. Atlet tersebut adalah Sabar, yang berasal dari Solo.

 

Dengan satu kaki, Sabar memiliki prestasi mengagumkan dengan berhasil mendaki beberapa gunung tertinggi di dunia. Selain itu, dirinya juga dikenal sebagai seorang pemanjat gedung-gedung tinggi.

 

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Di bidang pendidikan, anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya. Meski dalam proses kegiatan belajar mengajar terdapat perbedaan, namun pada prinsipnya para penyandang kebutuhan khusus tersebut harus diberikan kesempatan yang sama untuk maju dan meraih cita-cita yang mereka inginkan.

Bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus di bidang penglihatan atau sering disebut dengan tuna netra, disediakan sekolah khusus yang disebut Sekolah Luar Biasa A.

Mereka yang digolongkan dalam kelompok tuna netra ini adalah jika kemampuan penglihatan mereka lemah, atau juga akurasi penglihatan mereka tidak lebih dari 6/60 atau juga sama sekali tidak mampu untuk melihat.

Karena keterbatasan di bidang penglihatan inilah, maka para penyandang tunanetra ini dalam proses belajar harus menggunakan media yang bisa ditangkap oleh indra tubuh lainnya.

 

Khususnya oleh indra pendengar dan juga indra peraba. Untuk tulisan, bisa menggunakan huruf timbul yang disebut braille.

Sementara untuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus di bidang pendengaran, sering disebut dengan tunarungu.Definisi dari tunarungu sendiri adalah seseorang yang memiliki hambatan pada proses mendengar rangsangan suara dari luar. Hambatan ini bisa bersifat tetap atau tidak tetap.

Baca Juga: Menjemput Rezeki dengan Doa Sholat Dhuha

Terdapat enam pembagian kelompok tunarungu ini. keenam kelompok tersebut adalah :

Hambatan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
Hambatan pendengaran ringan (41-55dB0
Hambatan pendengaran sedang (55-70dB)
Hambatan pendengaran berat (71-90dB)
Hambatan pendengaran ekstrem/tuli (lebih dari 91dB).
Biasanya, seseorang yang memiliki kekurangan di bidang pendengaran, juga akan mengalami masalah dalam proses komunikasi.

Itulah mengapa mereka juga sering disebut tunawicara. Untuk proses komunikasi dari pihak yang menyandang kebutuhan khusus di bidang pendengaran dan bicara ini, biasanya dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat.

 

Penggunaan abjad jari, setiap negara memiliki isyarat yang sama karena sudah ada penyamaan kode huruf secara internasional. Sementara, untuk bahasa sebagaimana bahasa verbal setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda-beda.

 

Meski demikian, penyandang kebutuhan khusus di bidang pendengaran dan bicara ini, biasanya memiliki kelemahan untuk menangkap penjelasan sebuah konsep yang sifatnya abstrak atau tidak bisa dilihat dengan indra penglihatan. Untuk penderita tunarungu ini, bisa mendapatkan pendidikan dengan bersekolah di SLB bagian B.

Untuk penyandang kebutuhan khusus yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah 70, disebut dengan tunagrahita. Anak-anak seperti ini, akan dididik di Sekolah Luar Biasa bagian C yang khusus menangani penderita keterbelakangan mental tersebut.

Di sini para penyandang tuna grahita akan diberikan pemahaman pada pembentukan pembinaan diri serta sosialisasi pada lingkungan. Sehingga mereka tidak akan menjadi orang asing ketika berada dalam sebuah kelompok masyarakat.

Sedangkan mereka yang memiliki keterbatasan dalam gerak karenda adanya kelainan neuro muskular serta struktur tulang disebut dengan tuna daksa. Gangguan pada struktur tulang ini bisa terjadi karena bawaan lahir atau terjadi karena adanya faktor yang tidak disengaja.

Misalnya akibat sakit, jatuh atau juga karena kecelakaan, amputasi, penyakit polio dan lain sebagainya. Untuk para penderita tunadaksa, pendidikan yang bisa mereka peroleh adalah dengan mengkuti sekolah luar biasa bagian D.

Untuk anak yang memiliki kesulitan dalam mengelola atau mengontrol emosi serta tindakan sosial yang mereka lakukan, bisa disebut sebagai penderita tunalaras. Biasanya, individu yang mengalami masalah seperti ini tidak akan terlihat kekurangannya secara fisik.

Baca Juga: Pentingnya Seorang Ibu Mengetahui Alergi pada Bayi

Namun dalam perilaku sehari-hari, penderita tunalaras ini akan menunjukkan gejala yang menyimpang dari apa yang menjadi kelaziman sosial di sekitarnya. Penyebab dari kondisi tersebut bisa berasal dari faktor internal atau juga faktor eksternal, antara lain berupa pengaruh dari pergaulan sehari-hari mereka di lingkungan. Penderita kebutuhan khusus ini bisa ditangani di sekolah luar biasa bagian E.

Merawat Anak Berkebutuhan Khusus

Pada dasarnya merawat anak berkebutuhan khusus tidak dibutuhkan sebuah ilmu akademik yang khusus. Yang paling utama perlu dilakukan adalah dengan memiliki kesabaran tingkat tinggi, mengingat anak yang berkebutuhan khusus ini memiliki perilaku yang berbeda dari anak normal lainnya.

Tidak sedikit orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus ini, kemudian menitipkan anak mereka ke lembaga sosial yang memang bergerak di bidang tersebut. Meski tidak sepenuhnya salah, namun cara seperti ini juga tidak tepat untuk dilakukan.

Hal ini karena pada dasarnya, pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang berasal dari dalam rumah. Karena pendidikan di rumah ini akan selaras dengan apa yang sudah menjadi norma dan kehidupan seseorang sebagai bekal mereka sebelum melangkah ke lingkungan.

Langkah yang paling tepat adalah menggabungkan antara pendidikan rumah, dengan pendidikan di lembaga sosial tersebut secara beriringan. Untuk pendidikan formal, anak berkebutuhan khusus memang harus dimasukkan ke sekolah khusus tersebut guna memudahkan proses komunikasi dan juga untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.

Sedangkan untuk kegiatan non formal di luar jam sekolah, orang tua tetap harus memberikan perawatan dan pendidikan pada sang anak. Hal ini demi menghindari adanya perasaan dibuang dari keluarganya yang bisa timbul pada sang anak jika mereka harus dititipkan secara penuh di lembaga sosial tersebut. Sebab bagaimanapun kondisinya, anak adalah karunia dari Tuhan yang perlu disyukuri keberadaannya.

Sutrisno Bachtiar Yusuf

LAINNYA