Portalbaraya.com – Stunting terus menjadi masalah umum bagi keluarga di Indonesia saat ini.
Menurut situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang cukup dalam jangka waktu lama.
Hal ini menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak, dimana tinggi badan mereka lebih pendek atau terhambat dibandingkan dengan standar untuk usia mereka.
Perawakan pendek anak sering dikaitkan dengan faktor genetik yang diturunkan dari orang tuanya, dan banyak orang menerimanya tanpa melakukan tindakan apa pun untuk mencegahnya.
Namun seperti yang kita ketahui, genetika merupakan faktor penentu kesehatan yang paling tidak berpengaruh dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Masalah nonkesehatan seringkali mendasari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, dan degradasi lingkungan.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan menekankan bahwa semua sektor dan struktur masyarakat perlu berperan dalam mengatasi masalah kesehatan.
Baca Juga: Menu Sarapan Kesukaan Anak-Anak, Resep Telur Dadar Krispi, Bikinnya Gampang Banget
Setidaknya ada 15 kiat yang bisa dilakukan untuk mencegah Stunting pada anak yang akan dibahas berikut ini:
1. Pola Makan:
Masalah stunting dipengaruhi oleh terbatasnya akses terhadap pangan baik dari segi kuantitas maupun kualitas, seringkali kurang beragam.
Konsep “Piringku” dengan gizi seimbang perlu dikenalkan dan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk anak dalam fase tumbuh kembang, dianjurkan untuk memperbanyak asupan sumber protein sambil tetap menggiatkan konsumsi buah dan sayur.
Dalam makan, separuh piring harus diisi dengan sayuran dan buah-buahan, sedangkan separuh lainnya harus mengandung sumber protein (baik nabati maupun hewani) dalam proporsi yang lebih besar daripada karbohidrat.
2. Pola Asuh Anak:
Stunting juga dipengaruhi oleh aspek perilaku, khususnya pola asuh yang kurang memadai terkait pemberian makan bayi dan balita.
Dimulai dengan mengedukasi remaja tentang kesehatan reproduksi dan nutrisi, karena mereka adalah calon orang tua, hingga ibu hamil memahami pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan, merangsang janin, dan menjalani pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Melahirkan di fasilitas kesehatan, mempraktekkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan memastikan bayi menerima kolostrum, ASI pertama ibu, sangat penting.
Pemberian ASI eksklusif harus dilanjutkan sampai bayi mencapai usia 6 bulan.
Setelah itu, pemberian ASI dapat dilanjutkan hingga 2 tahun sambil memperkenalkan makanan pendamping ASI.
Pemantauan rutin anak Pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilakukan dengan membawa mereka ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) setiap bulan.
Aspek lain yang penting untuk diperhatikan adalah memastikan bahwa anak mendapatkan imunisasi untuk melindungi mereka dari penyakit berbahaya, yang diberikan secara gratis di Posyandu atau Puskesmas.
3. Sanitasi dan Akses ke Air Bersih:
Akses yang terbatas ke layanan kesehatan, termasuk sanitasi dan air bersih, membuat anak-anak terpapar risiko penyakit menular.
Oleh karena itu, perlu untuk mempromosikan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencegah buang air besar sembarangan.
Pemahaman dan perilaku orang tua sangat berperan dalam membentuk pola asuh dan status gizi anak.
Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk mengubah perilaku dan mempromosikan peningkatan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak mereka.
4. Ketersediaan Pangan:
Untuk mencegah stunting, penting untuk memperhatikan ketersediaan pangan yang mencukupi pada lingkungan sekitar.
Upaya perbaikan sistem pertanian dan pengadaan pangan dapat membantu memastikan akses yang lebih baik terhadap makanan yang bergizi.
Hal ini melibatkan pengembangan pertanian berkelanjutan, pendekatan diversifikasi pertanian, serta penguatan kebijakan yang mendukung pangan lokal dan sehat.
5. Pendidikan dan Penyuluhan Gizi:
Edukasi dan penyuluhan gizi memainkan peran penting dalam mencegah stunting.
Perlu adanya program yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan sekolah untuk mensosialisasikan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan pola makan yang baik.
Para tenaga kesehatan juga dapat memberikan informasi dan edukasi kepada ibu-ibu mengenai praktik pemberian makan yang tepat, pemilihan makanan yang bergizi, serta pentingnya perawatan dan tumbuh kembang anak.
6. Ketersediaan Layanan Kesehatan yang Berkualitas:
Akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas juga merupakan faktor penting dalam mencegah stunting.
Pemerintah perlu meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedesaan dan terpencil.
Pelatihan bagi tenaga kesehatan juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mendeteksi dan mengatasi masalah stunting.
7. Pengentasan Kemiskinan:
Kemiskinan merupakan salah satu akar permasalahan stunting.
Oleh karena itu, langkah-langkah mengentaskan kemiskinan juga akan berdampak positif dalam mencegah stunting.
Pemerintah dan lembaga terkait perlu bekerja sama dalam menyediakan program bantuan sosial, pelatihan keterampilan, dan ekonomi pembangunan yang berkelanjutan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat.
8. Peran Perempuan Dalam Pencegahan Stunting:
Pemberdayaan perempuan juga penting dalam mencegah stunting.
Perempuan sebagai ibu dan pengasuh utama anak-anak memiliki peran kunci dalam memberikan gizi yang cukup dan kesehatan bagi keluarga.
Peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan, kesehatan reproduksi, dan peluang kerja akan membantu mengurangi tingkat stunting.
9. Peningkatan Kesadaran Masyarakat:
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan terhambat dan dampaknya sangat penting.
Melalui kampanye informasi dan sosialisasi yang luas, masyarakat dapat lebih memahami pentingnya gizi yang baik dan cara mencegah stunting.
Dalam hal ini, media massa, platform digital, dan organisasi masyarakat sipil dapat berperan aktif dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut.
10. Pemantauan dan Evaluasi:
Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap program-program pencegahan stunting sangat penting.
Dengan melakukan pemantauan yang teratur, dapat mengidentifikasi tantangan dan upaya dalam upaya pencegahan stunting.
Data dan informasi yang akurat dan terkini tentang prevalensi stunting juga diperlukan untuk kebijakan dan langkah-langkah yang lebih efektif dalam mengatasi masalah ini.
11. Peningkatan Infrastruktur dan Aksesibilitas:
Pemerintah perlu berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur yang mendukung pencegahan stunting, seperti penyediaan akses air bersih, sanitasi yang baik, dan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau.
Infrastruktur yang memadai akan membantu masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
12. Penyediaan Suplemen Gizi:
Dalam kasus anak-anak yang berisiko mengalami stunting, pemberian suplemen gizi tertentu dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi yang kurang.
Suplemen seperti zat besi, vitamin A, dan vitamin D dapat diberikan secara tepat dan sesuai pedoman yang telah ditetapkan.
13. Pengembangan Industri Pangan yang Berkelanjutan:
Mendorong pengembangan industri pangan yang berkelanjutan dan inovatif juga penting dalam mencegah stunting.
Hal ini termasuk pengembangan makanan siap saji yang berbayar, pengolahan makanan yang lebih baik, dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang sehat.
14. Kolaborasi Antar Sektor:
Tantangan stunting memerlukan kerja sama antara berbagai sektor, termasuk kesehatan, pertanian, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Kolaborasi ini dapat dilakukan melalui program lintas sektoral yang mengintegrasikan upaya pencegahan stunting dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan.
15. Pendekatan Berbasis Komunitas:
Melibatkan komunitas dalam upaya pencegahan stunting sangat penting.
Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, dapat dikembangkan solusi yang sesuai dengan konteks lokal dan memastikan penerimaan dan partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan komunitas juga dapat memperkuat upaya pencegahan stunting dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, mencegah stunting merupakan upaya kompleks dan membutuhkan kerjasama antara berbagai pihak.
Dengan fokus pada perbaikan pola makan, sanitasi, aksesibilitas layanan kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender, serta melibatkan komunitas dalam prosesnya, kita dapat mengurangi angka stunting dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.