Contoh Cerita tentang 17 Agustus, Alur Cerita untuk Drama Sekolah dan Lingkungan

7 minutes reading
Thursday, 3 Aug 2023 09:17 5 Fathoni PB

Portal Baraya – Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan contoh cerita 17 Agustus yang cocok digunakan sebagai alur cerita drama sekolah dan lingkungan. 

Seperti yang kita tahu, 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia yang selalu dirayakan dengan penuh semangat dan sukacita oleh seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu cara untuk merayakan hari kemerdekaan adalah dengan membuat drama sekolah yang mengangkat tema tentang 17 Agustus.

Drama sekolah maupun lingkungan yang bertema 17 Agustus dapat bercerita tentang berbagai hal, seperti perjuangan para pahlawan, peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan, atau kisah-kisah inspiratif dari masyarakat Indonesia yang berkontribusi dalam membangun bangsa.

Untuk itu, inilah contoh cerita tentang 17 Agustus untuk drama sekolah yang dapat dijadikan referensi.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 36, Aktivitas Kelompok: Perhatikan Peta Negara Amerika Serikat

Contoh Cerita tentang 17 Agustus 1: Anak-Anak Merdeka

Cerita ini bercerita tentang bagaimana anak-anak sekolah dasar di sebuah desa di Jawa merayakan hari kemerdekaan dengan mengadakan lomba-lomba tradisional.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah Rani, seorang siswi kelas 6 yang ingin menjadi juara dalam lomba balap karung.

Cerita ini juga menampilkan peran dari Pak Suryo, seorang guru yang menjadi panitia lomba, dan Rizal, seorang siswa kelas 5 yang menjadi saingan Rani dalam lomba balap karung.

Alur cerita:

1. Pada hari Senin tanggal 14 Agustus 2023, Pak Suryo mengumumkan kepada seluruh siswa sekolah dasar di desanya bahwa pada tanggal 17 Agustus 2023, sekolah akan mengadakan lomba-lomba tradisional untuk merayakan hari kemerdekaan. Lomba-lomba tradisional yang akan diadakan antara lain adalah lomba balap karung, lomba makan kerupuk, lomba tarik tambang, dan lomba panjat pinang.

2. Rani, seorang siswi kelas 6 yang duduk di baris depan, langsung tertarik untuk ikut lomba balap karung. Ia merasa yakin bahwa ia bisa menjadi juara dalam lomba tersebut karena ia memiliki kaki yang kuat dan cepat. Ia pun langsung mendaftarkan diri ke Pak Suryo sebagai peserta lomba balap karung.

3. Sementara itu, Rizal, seorang siswa kelas 5 yang duduk di baris belakang, juga tertarik untuk ikut lomba balap karung. Ia merasa yakin bahwa ia bisa mengalahkan Rani dalam lomba tersebut karena ia memiliki keseimbangan yang baik dan lincah. Ia pun langsung mendaftarkan diri ke Pak Suryo sebagai peserta lomba balap karung.

4. Pak Suryo kemudian membuat daftar peserta lomba balap karung dan membaginya menjadi dua kelompok: kelompok A dan kelompok B. Rani dan Rizal ternyata berada di kelompok yang sama, yaitu kelompok A. Mereka pun saling pandang dengan tatapan bersaing.

5. Pada hari Kamis tanggal 17 Agustus 2023, sekolah mengadakan upacara bendera untuk merayakan hari kemerdekaan. Seluruh siswa dan guru berkumpul di lapangan sekolah dengan mengenakan pakaian merah putih. Pak Suryo bertindak sebagai pembina upacara. Setelah upacara selesai, Pak Suryo mengumumkan bahwa lomba-lomba tradisional akan segera dimulai.

6. Lomba balap karung adalah lomba pertama yang diadakan. Pak Suryo memanggil seluruh peserta lomba balap karung untuk berkumpul di garis start. Ia kemudian memberikan masing-masing peserta sebuah karung yang sudah disiapkan. Rani dan Rizal berdiri di samping-sampingan di garis start. Mereka saling menatap dengan penuh semangat dan tekad.

7. Pak Suryo memberikan aba-aba untuk memulai lomba. “Siap… satu… dua… tiga… mulai!” Ia meniup peluitnya dengan keras. Seluruh peserta lomba balap karung langsung masuk ke dalam karung dan melompat-lompat menuju garis finish. Rani dan Rizal berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat. Mereka melompat dengan sekuat tenaga dan secepat kilat.

8. Di tengah perjalanan, Rani berhasil mendahului Rizal dengan sedikit. Ia merasa senang dan yakin bahwa ia akan menjadi juara. Namun, tiba-tiba ia terpeleset dan jatuh ke tanah. Ia merasakan sakit di lututnya yang tergores batu. Ia pun menangis kesakitan dan kecewa.

9. Rizal yang melihat kejadian tersebut merasa kasihan kepada Rani. Ia pun berhenti melompat dan kembali ke arah Rani. Ia menawarkan bantuan kepada Rani untuk bangun dari tanah. “Rani, kamu tidak apa-apa? Ayo bangun, kita lanjutkan lombanya,” kata Rizal dengan ramah.

10. Rani merasa terharu dengan sikap Rizal yang baik hati. Ia pun menerima bantuan Rizal untuk bangun dari tanah. Ia kemudian memeluk Rizal dan mengucapkan terima kasih kepadanya. “Rizal, terima kasih ya sudah membantuku. Maaf ya sudah bersaing denganmu. Ayo kita lanjutkan lombanya bersama-sama,” kata Rani dengan tulus.

11. Rizal pun membalas pelukan Rani dan mengucapkan terima kasih kepadanya. “Rani, terima kasih ya sudah mau berdamai denganku. Maaf ya sudah menantangmu. Ayo kita lanjutkan lombanya bersama-sama,” kata Rizal dengan ikhlas.

12. Mereka kemudian masuk kembali ke dalam karung dan melompat-lompat menuju garis finish bersama-sama. Mereka tidak peduli lagi dengan siapa yang akan menjadi juara. Yang penting bagi mereka adalah persahabatan dan kebersamaan.

13. Pak Suryo yang menyaksikan adegan tersebut merasa bangga dan terharu. Ia pun memberikan tepuk tangan dan pujian kepada Rani dan Rizal. “Rani dan Rizal, kalian berdua adalah pemenang sejati dalam lomba balap karung ini. Kalian telah menunjukkan semangat kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu semangat persatuan dan kesetiakawanan,” kata Pak Suryo dengan bangga.

14. Seluruh siswa dan guru yang menyaksikan adegan tersebut juga memberikan tepuk tangan dan pujian kepada Rani dan Rizal. Mereka juga merasa terinspirasi oleh sikap Rani dan Rizal yang saling membantu dan menghargai satu sama lain.

15. Cerita berakhir dengan adegan Rani dan Rizal yang tersenyum bahagia sambil memegang bendera merah putih di tangan mereka. Mereka merasa bangga menjadi anak-anak Indonesia yang merdeka.

Baca Juga: Bocoran Jawaban Matematika Kelas 10 Halaman 168: Bandingkan Fungsi Linier Dengan Fungsi Kuadrat – BAB 6 2023

Contoh Cerita tentang 17 Agustus 2: Sang Saka Merah Putih

Cerita ini bercerita tentang bagaimana bendera merah putih pertama kali dikibarkan di Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah Fatmawati, istri dari Soekarno, yang menjahit bendera merah putih dengan tangan sendiri.

Cerita ini juga menampilkan peran dari Bung Tomo, pemimpin arek-arek Suroboyo, yang menggalang massa untuk mendukung proklamasi kemerdekaan.

Alur cerita:

1. Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, Fatmawati sedang menjahit bendera merah putih di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Ia menggunakan kain katun merah dan putih yang dibelinya dari pasar. Ia ingin membuat bendera yang sempurna untuk dikibarkan pada hari kemerdekaan.

2. Sementara itu, di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta, Soekarno dan Hatta sedang berdiskusi dengan para pemimpin pergerakan kemerdekaan lainnya, seperti Sukarni, Adam Malik, Chairul Saleh, dan lain-lain. Mereka sedang membahas tentang waktu dan tempat proklamasi kemerdekaan.

3. Setelah mendapat persetujuan dari Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Mereka kemudian menyiapkan teks proklamasi dan mencetaknya di percetakan milik Jepang.

4. Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta tiba di rumah Soekarno bersama para pemimpin pergerakan kemerdekaan lainnya. Mereka disambut oleh Fatmawati yang sudah menyelesaikan menjahit bendera merah putih. Fatmawati menyerahkan bendera tersebut kepada Soekarno dengan bangga dan haru.

5. Soekarno kemudian meminta Latief Hendraningrat, seorang anggota PETA (Pembela Tanah Air), untuk memasang bendera merah putih di tiang bendera di halaman rumahnya. Latief Hendraningrat melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan kehormatan.

6. Sementara itu, Bung Tomo yang berada di Surabaya mendengar kabar tentang proklamasi kemerdekaan melalui radio. Ia segera mengumumkan kabar tersebut kepada arek-arek Suroboyo dan masyarakat Surabaya. Ia juga mengajak mereka untuk berkumpul di alun-alun Surabaya untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.

7. Pukul 10.00 WIB, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan di hadapan ribuan rakyat Indonesia yang sudah berkumpul di halaman rumahnya. Hatta kemudian membacakan nama-nama anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah itu, Soekarno dan Hatta menandatangani teks proklamasi tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia.

8. Setelah penandatanganan, Soekarno memerintahkan Latief Hendraningrat untuk mengibarkan bendera merah putih. Latief Hendraningrat menaiki tiang bendera dan mengikatkan bendera merah putih di ujung tali. Ia kemudian menurunkan tali tersebut sehingga bendera merah putih berkibar dengan gagah di angkasa. Seluruh rakyat Indonesia yang menyaksikan peristiwa tersebut bersorak-sorai dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

9. Di Surabaya, Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo juga mengibarkan bendera merah putih di alun-alun Surabaya. Mereka juga bersorak-sorai dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bung Tomo kemudian menyampaikan pidato yang menggugah semangat rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman penjajah.

10. Cerita berakhir dengan adegan Fatmawati yang menangis haru sambil memeluk Soekarno. Ia mengucapkan terima kasih kepada suaminya yang telah memimpin bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan anugerah kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

 

Demikian contoh cerita tentang 17 Agustus untuk drama sekolah yang dapat dijadikan referensi. Semoga bermanfaat.

LAINNYA